Review Film Horor Psikologis Jepang: Riaru Onigokko ('TAG') Karya Sion Sono

0

Kali ini, kita akan mengulas film horor psikologis berjudul Riaru Onigokko, atau yang lebih dikenal dengan sebutan TAG. Karya Sion Sono ini dirilis pada tahun 2015 dan memberikan pengalaman menonton yang unik dan mendalam.

Bagi para penggemar film Jepang, nama Sion Sono tentu sudah tidak asing lagi. Karya-karyanya hampir selalu memiliki 'dunia tersendiri' dengan tema cerita yang satir dan cenderung absurd.

FILM ini tidak hanya sadis dan membingungkan, tetapi jika ditelaah lebih dalam, terdapat makna satir yang cukup tajam di dalamnya.


Sinopsis Cerita

Film ini bercerita tentang seorang gadis cantik bernama Mitsuko yang gemar menulis puisi. Bersama teman-temannya, Mitsuko sedang dalam perjalanan menuju kamp musim panas. Dalam bus yang mereka tumpangi, Mitsuko asyik menulis di buku diary-nya sementara teman-temannya bersenang-senang.

Awalnya, perjalanan tersebut tampak menyenangkan dan aman. Namun, situasi tiba-tiba berubah ketika bus yang mereka tumpangi mengalami kecelakaan mengerikan. Bus itu terbelah menjadi dua, menyebabkan tubuh para penumpangnya ikut terbelah dan hanya menyisakan bagian pinggul ke bawah di tempat duduk masing-masing.

Hanya Mitsuko yang selamat dari kejadian ini karena ia sedang mengambil alat tulis yang jatuh. Setelah menyadari apa yang terjadi, Mitsuko melarikan diri dari bus. Namun, ada angin misterius yang tampaknya mengintainya dan menebas apa saja yang menghalangi.

Mitsuko berlari ke hutan dan sampai di sungai yang dipenuhi mayat teman-temannya. Ketakutan, ia terus berlari hingga tiba di sebuah sekolah khusus perempuan. Anehnya, seluruh siswa di sekolah tersebut mengenali Mitsuko, meskipun ia hanya mengenali satu orang, yaitu Aki, sahabatnya.

Hal-hal aneh dan acak mulai terjadi, dan semua timeline Mitsuko berubah-ubah. Mitsuko tiba-tiba bangun dalam dirinya di dunia lain, menjadi berbagai orang yang berbeda: dari seorang siswi sekolah, pengantin, hingga pelari maraton. Dia harus menghindari bahaya di setiap waktu, meskipun semuanya sangat membingungkan dan tidak jelas alasannya.


Plot

Dari awal, film ini agak membingungkan, membuat penonton bertanya-tanya apa sebenarnya plot dari film ini. Namun, hal ini justru membuat penonton penasaran dengan kelanjutan ceritanya. Setelah berhasil menemukan sekolah, Mitsuko mulai menyesuaikan diri dengan lingkungan barunya. Namun, kesenangannya segera hancur oleh pembantaian berdarah yang dilakukan oleh gurunya.

Dalam pelariannya menyelamatkan diri, cerita berubah menjadi kisah Keiko, seorang wanita berusia 25 tahun yang sedang mempersiapkan pernikahannya. Senyum bahagia dan tamu yang memberikan selamat segera menghilang saat dia didorong menuju lorong pernikahan yang bisa berakhir seperti neraka.

Setelah berjuang keluar dari kekacauan itu, pelariannya kemudian berubah menjadi sebuah maraton di mana Izumi berlomba melawan penjahat dan monster yang muncul dari bab sebelumnya.

Plotnya sangat rumit dan membuat penonton kebingungan. Namun, hal ini justru menambah daya tarik film ini. 


Review

Sepanjang film, kita disuguhkan tiga karakter yang berbeda-beda, dan semuanya terus berlari. Mengapa ceritanya harus lari-lari? Ini yang berhasil saya tangkap dari ceritanya. Satu elemen yang menandai keberadaan ketiga karakter tersebut adalah kebutuhan mereka yang tak pernah berhenti untuk berlari demi bertahan hidup.

Di dunia nyata, wanita sering merasa tidak aman, dan penulis menciptakan dunia aneh yang hanya dihuni oleh perempuan. Tag bisa dianggap sebagai film feminis, terutama di bagian akhir ketika semuanya terungkap tentang kehidupan ketiga tokoh utama dan cara mereka keluar dari siklus kekerasan terhadap perempuan.

Film ini penuh dengan sindiran tajam terhadap penggemar dan media hiburan yang suka mengeksploitasi wanita. TAG adalah komentar tentang dunia yang kita jalani, dan berbagai dunia kecil di dalamnya. Dari kehidupan sekolah biasa hingga lorong pernikahan yang berujung pada kematian, atau lintasan maraton dengan garis awal dan akhir yang jelas.

Lebih dari itu, film ini menggambarkan dunia yang deterministik. Dalam filosofi, determinisme sering berlawanan dengan konsep kebebasan kehendak, yang menyatakan bahwa individu memiliki kemampuan untuk membuat pilihan bebas. Dalam film ini, para karakter diatur oleh sang pencipta cerita, tanpa bisa melawan dan hanya bisa berlari untuk menyelamatkan diri.

Mitsuko harus berjuang melewati rangkaian musuh yang membingungkan untuk akhirnya menghadapi pencipta kekacauan ini, seorang penyihir atau pengembang cerita yang bersembunyi di balik layar ilusi.

Di akhir cerita, ada suasana penuh harapan. Mitsuko, yang digambarkan sebagai figur ibu perawan, diharapkan dapat memperbarui kehidupan dengan diberi tambahan karakter seorang pria di dunianya. Mitsuko ditempatkan untuk menyelesaikan narasi hidup dunianya yang menyimpang ini.

Namun, pada titik inilah Mitsuko melakukan tindakan kebebasan radikal yang sudah lama dinantikan, menyelesaikan alur berbeda dari penulis cerita yang sebenarnya.


Kesimpulan

Film yang disutradarai Sion Ono memang kadang agak susah ditebak dan alurnya tidak terlalu mainstream. Dunia yang disajikan dalam *Riaru Onigokko* sangat indah dan mengerikan di saat yang bersamaan. Film ini memanjakan mata sekaligus membuat ngeri dengan adegan sadis yang tiba-tiba muncul di tengah-tengah scene yang manis dan estetik.

Film Jepang memang jago dalam menggambarkan sosok 'sang pencipta dunia'. Tidak heran jika genre isekai populer di sana. 

Apakah kamu sudah pernah menonton film ini dan merasa bingung? Yuk, ceritakan di kolom komentar!

(Kris)

Posting Komentar

0Komentar
Posting Komentar (0)

#buttons=(Accept !) #days=(20)

Our website uses cookies to enhance your experience. Learn More
Accept !
To Top