Sebercak Kisah di Petualangan (Horor Adventure Story)

0

Sebercak Kisah di Petualangan

oleh (mifthaakbie)

Namaku Krisna, salah satu anak di grup TRANZ GIRL yang di kenal teman-teman kami grup yang gila, karena mencoba mencari tahu hal-hal gaib.
Pagi ini, aku dan grup TRANZ GIRL yaitu aku(Krisna), Mila, Mita, Cita, Dina dan Dini, mempersiapkan barang-barang untuk petualangan kami yang ke 3 kalinya.
“ Kris, kita kemana sih?” tanya Mila sambil memasukkan barang bawaanya.
“ Alaaah, ikut aja deh!” jawabku sambil tersenyum.
Walau umur kami baru 15 tahun, kami termasuk petualang yang cukup pemberani.
Kami sedang berada di atas bangunan tua, di belakang lapangan. Dan itulah markas kami.
Aku mulai melompat turun dari atas sana, dan menaiki sepeda, teman-teman mengikuti dari belakang, sambil mengayuh sepeda masing-masing.
******************
Akhirnya kami sampi di tempat tujuan. Dina bertanya “ Kris, kok kesini sih?”
“Sudahlah, ayo!” jawabku singkat.
“ Sudahlah Din, kita ikuti saja Krisna, bisa-bisa kamu di tinggal di sini.” Kata Mila .
Tujuan kami kali ini adalah salah satu kompleks pemakaman cina kuno, yang berada di daerah Trowulan, Mojokerto. Akupun berkata pada teman-teman “ Kita akan berkemah selama 2 hari di sini, untuk menyelidiki apakah tempat ini benar-benar angker dan banyak penunggunya atau tidak. Karena, menurut  sebagian penduduk di sini, tempat ini sangat angker “ kataku menjelaskan, sambil mencoba menegangkan suasana.
Teman-teman mengangguk mengerti.
Lokasi kali ini terkenal sangat angker dan banyak penunggunya. Letaknya lumayan jauh dari perkampungan penduduk. Tak heran jika tempat ini cukup sepi. Terhimpit hutan dan pepohonan yang rindang, membuat suasana menjadi gelap dan menambah ke angkeranya.
Cita berjalan di depan, dan di ikuti oleh teman-temanku yang lain. Aku sengaja berjalan paling belakang, karena ku tau salah satu dari mereka ada yang takut.
Hari beranjak menjadi petang, dan kami menemukan tempat yang cocok untuk membangun tenda. Setelah tenda selesai di bangun, aku berkata pada mereka.
“Sekarang kita mulai tidur . Nanti malam jangan lupa untuk bangun, karena kita akan memulai petualangan nanti malam. Mita, kamu atur alarm di hp kamu, supaya kita tidak telat untuk bangun.” Kataku pada Mita.
******************


Kriiiing......, bunyi alarm terdengar. Aku bertanya pada Mita,
“Mit, jam berapa sekarang?” tidak ada jawaban, aku mulai meraba tempat tidur Mita, ternyata dia tidak berada di tempatnya. Lalu aku membangunkan teman-teman yang lain.
“Bangun! Bangun! Bangun! Mita tidak ada!!”
“ Hah? Tidak ada bagaimana?” tanya Mila dengan panik.
“Aku juga tidak tahu. Paa saat aku bangun, tiba-tiba Mita sudah tidak ada. Yang ku temukan hanya hp-nya.” Lalu ku ceitakan apa yang telah terjadi.
Tepat pukul 02.20 WIB, setelah kami membicarakan tentang Mita, aku berkata,
“Teman-teman, sekarang mari kita mencari Mita. Kita berpencar menjadi dua kelompok. Aku dan Dini mencari ke arah utara, ke arah sungai!, lalu Dina, Mila dan Cita ke selatan, ke arah hutan!” usulku. Lalu kamipun berpencar.
Aku dan Dini berjalan bersamaan, dan tiba-tiba suara teriakan seseorang terdengar nyaring
“Aaaaaaaaaaaaaaaaa........... tooooolllloooonnnggg...!!!” aku dan Dini menoleh kesuara tersebut berasal. Kami berlari menuju ke arah suara itu.
Ranting-ranting kayu yang menghalangi lari kami, langsung kami patahkan dengan cepat. Tapi, ‘krosak-krosak-krosak’ suara apa itu?



“Krisna..... Tolong aku..!!!” suara Dini, aku-pun menoleh ke belakang.
“Dini ! pegang tanganku!” kataku mengejar Dini yang terlilit akar pohon. Aku tak mengetahui pasti pohon apa itu, yang jelas akarnya menarik, melilit dan menyeret tubuh Dini. Dini terlihat pingsan dan aku berusaha mengejarnya walau tanganku tergores ranting-ranting pohon, dan darah bercucuran di mana-mana. Aku tak bisa mengejarnya, kecewa, sedih dan kacau bercampur aduk dalam fikiranku. Aku terdiam, dan berhenti mengejarnya.
“ Krisna! kami di sini!” sebuah suara panggilan membuyarkan fikiranku. Aku menoleh, terlihat Dina dan Mila berwajah lelah. Mereka mendatangiku.
“Krisna, aku tadi melihat Dini di bawah jurang. Tetapi......” Dina tak meneruskan perkataannya.
“Kenapa? Kenapa Dini?, dan di mana Cita?” tanyaku panik.
“Mereka berdua.....” Kata Dina terputus sambil menggeleng.
“Aku menemukan Dini sudah t ewas di jurang 1 jam yang lalu. Dan Cita, dia menghilang tiba-tiba” lanjutnya.
“Apa?!. Jika Dini ada di jurang 1 jam yang lalu, lalu siapa yang ku kejar tadi? Ini sungguh tidak masuk akal” kataku setengah menjerit dan tak percaya.
“Lalu bagaimana Kris?,” tanya Dina dengan nada menyesal.
Kami terdiam lama sekali. Hanya ada berbagai macam fikiran aneh yang berkecamuk di hati masing-masing.
Kami termenung cukup lama, hingga akhirnya hari semakin pagi. Dan dengan berat hati aku berkata,
“Teman-teman, dengan terpaksa kita harus pulang jika tidak mau menjadi korban selanjutnya.” Kataku. Dina, Mila dan Mita terlihat kaget dengan keputusanku. Tapi apa daya, mereka juga terlihat tidak mempunyai ide lain yang lebih baik.
Tanpa buang waktu, akhirnya kami ber tiga menuju ke gerbang keluar area pemakaman.
Sesampainya di ujung gerbang, aku mulai berubah pikiran. Lalu aku berhenti sejenak dan menoleh ke arah pemakaman.
“Maaf teman-teman, kalian pulanglah, aku akan di sini untuk mencari Cita, Dini dan Mita.  Entah bagaimana caranya, aku akan tetap di sini. Kalaupun aku pulang, apa yang harus ku katakan pada semua orang tentang hilangnya mereka ber tiga?. Aku yang mengajak kalian, berarti aku yang harus bertanggung jawab atas keselamatan kalian.” Kataku
“Kris, kita ini satu tim1 susah dan senang harus kita hadapi bersama.” Kata Dina.
“Hei kalian!” sebuah suara teriakan membuyarkan kesedihan kami. Kami memandang asal suara itu.
“Itukan Mita, Dini dan Cita!” kata Mila.
“Tidak mungkin!” seruka tidak percaya. Ketiga sosok yang menimbulkan suara tadi perlahan mendatangi kami.
“Kalian kemana saja sih?. Di cari tidak ketemu-ketemu!” kata salah satu dariketiga sosok tadi, yang bernama Cita. Aku terperangah.
“Bagaimana cara kalian bisa keluar dari pemakaman?”tanya Dina.
“Kami tadi mencari kalian yang kami kira sudah meninggalkan kami ber tiga, dan pergi ke perkampungan. Kalian kan sering usil. Jadi, akhirnya kami pergi ke perkampungan dan bertanya pada para penduduk di sana. Tetapi mereka mengatakan tidak tahu. Jadinya kami kembali lagi” jelas Mita.
Aku, Dina dan Milaterdiam daram fikiran masing-masing. Siapa yang ku kejar tadi? Siapa yang ku temui tadi? Dan berbagai macam pertanyaan yang berbeda.
“Sudahlah kita pulang saja. Lagi pula sudah semakin siang, dan aku tidak ingin kita kepanasan!” kata Dini. Aku mencoba mendekat dan mencubit pipinya.
“Horeee!! Kita semua selamat!” teriakku girang.
“Kalau begitu kita pulang sekarang!” lanjutku.
“Tapi barang-barang kita bagaimana?” tanya Dina.
“Sudahlah, masalah barang-barang tidak usah khawatir. Tadi ada salah satu penduduk desa yang lewat di sekitar sini, lalu melihat barang-barang yang kita bawa kemarin. Jadinya di bawa pulang deh!” kata Cita.
“Sudahlah kita pulang saja. Lagi pula sudah semakin siang, dan aku tidak ingin kita kepanasan!”kataku.
“Hei! itukan kata-kataku!” Dini yang merasa kata-katanya di jiplak,langsung memprotesku.
 “Jangan bertengkar!  Kita sekarang keperkampungan, lalu ambil barang-barang, ambil sepeda, lalu pulang” kata Mila menengahi. Akhirnya kami menuju ke perkampungan.
Di perkampungan, sedang ramai anak-anak kecil yang bermain, dan beberapa ibu-ibu yang mengobrol asyik. Mita, Dini dan Cita membawa kami ke salah satu rumah penduduk, untuk mengambil barang-barang kami.


“Assalamu’alaikum” teriak Dini.
“Wa’alaikum salam!. Oh, adik-adik yang kemarin ya?.mau ambil barang-barang ya?.sebentar ya, saya ambilkan dulu di dalam. Silahkan uduk di emperan dulu.” Kata seorang bapak pemilik rumah. Kami ber enam duduk di emperan rumahnya.
“Eh Mil, kalau ini Dini, Mita dan Cita, lalu yang kita lihat tadi apa ya?” tanyaku sambi berbisik kepada Mila.
“Sudahlah, tidak usah di permasalahkan lagi. Yang penting kita semua selamat.” Jawabnya. Aku hanya mengangguk.
“Nih Hp-mu” kataku sambil menyerahkan hp milik Mita ke Mita.
“Terima kasih ya!” jawabnya sambil tersenyum.
Tak berapa lama, bapak pemilik rumah tadi keluar sambil membawa tas-tas kami.
“Ini tasnya” kata beliau sambil menyerahkannya pada kami. Lalu beliau masuk lagi ke dalam rumahnya.
Karena aku haus, aku membuka tas ku, untuk mencari air minum mineral yang ku bawa saat kami berangkat. Saat aku mencari-cari botol, terlihat olehku secarik kertas ada di dalam tas ku.
Aku mengambilnya, dan kelima temanku memandangku.
“Apa itu Kris?” tanya Dina.
“Entahlah, aku juga tidak tahu. Tiba-tiba saja ada di dalam tasku.”jawabku.
Aku membuka lipatan kertas itu. Sebuah tulisan huruf kapital berwarna merah tertera jelas di situ.
JANGAN PERNAH KEMBALI LAGI!! ATAU NYAWAMU AKAN BENAR-BENAR HILANG!!!
Selesai

**Notes
First Publish @majalah Kamus ed-19, 2011
Kalian bisa tinggalkan komen mengenai cerita diatas kunjungi dan follow juga halaman instagram milik penulis disini : mifthaakbie
*Isi sepenuhnya adalah milik dari liwato sesuai izin dari penulis
*Mohon untuk mencantumkan sumber penulis dari blog ini jika mempublikasikan ulang!
*respect for respected

Posting Komentar

0Komentar
Posting Komentar (0)

#buttons=(Accept !) #days=(20)

Our website uses cookies to enhance your experience. Learn More
Accept !
To Top