Kakakku Tersayang, Maafkan Aku (Slice of Life Story)

0

Kakakku Tersayang, Maafkan Aku


oleh (mifthaakbie)


Terdengar suara lagu justin yang mengalun lewat headphone yang ku pakai. Tapi, ketenangan itu tak berlangsung lama, karena teriakan kakakku “Akbi! Kamu apakan data kakak di komputer?” teriakkanya mengalahkan suara lagu di headphone ku.
Karena aku tak mau terikan itu lebih keras lagi, akhirnya aku putuskan untuk mematikan hp dan pegi keluar kamar. “ kenapa?” kataku singkat. “ Dimana file ku?, kok nggak ada?, kamu apakan? Kamu hapus ya?!” tanya kakak yang tak henti-hentinya mengomel.
Akupun datang menghampirinya.
“ sini ku cariin!” jawabku, dan langsung mengambil alih mouse. Dengan beberapa kali membuka file-file, aku menemukan dokumen kakak.
“ nih, gitu aja ngomel nggak karuan” jawabku santai.
“ oalah..ternyata di situ, he..he..he…maaf ya!” jawab kakak sambil tersenyum.
“ mangkanya cari dulu” jawabku. Terlihat, dia jadi salah tingkah.
Ya, itulah kakakku. Selalu ngomel, ngomel dan ngomel terus setiap hari. Tapi, aku tetap menyayanginya, karena dia adalah kakak terbaik yang pernah ku miliki. Aku tak pernah membayangkan kejadian yang paling menyedihkan yang sebelumnya tak pernah ku alami menimpaku.sebuah kejadian yang amat mengerikan. Dan kejadian itu yang membuatku sadar akan pentingnya seorang kakak dalam hidupku.
Kejadian itu berawal ketika……………
*******************
Hari itu, aku dan kakak sedang bertengkar karena aku di tuduhnya telah mematakan bros kesayangannya. Aku sudah meminta maaf tapi dia bersikeras menyuruhku untuk menggantinya.
Aku tak mau ambil pusing dengan masalah itu. Akhirnya, bagaikan aku tak mempunyai telinga, aku meninggalkanya tanpa berkomentar apapun.
Tanpa ekspresi, aku berjalan menuju tangga, lalu pergi ke atas, ke kamarku.
“ Akbi!!! Kau tak punya telinga apa?!! ” teriaknya dari bawah. Aku tak memperdulikanya.
Jam berubah dengan cepat. Dan hari semakin siang. Suara seriosa kakakku terdengar lagi. Suaranya melengking bagaikan suara pipa air yang di bengkokkan dengan paksa.
Tapi, teriakanya berbeda dengan bisanya. Sekarang suaranya terdengar lembut, tetapi keras sangat.
“ Akbi!! Turunlah!! Cepat, gpl!” suaranya melengking.
Tak mau ambil resiko untuk di omelin, aku membuka pintu kamar dan melongokkan kepala ke bawah ruangan.
“ Ada apa? ”
“ Temani kakak dong pergi shoping!”
“ Heh? Shoping? Buang-buang uang aja!. Mendingan kasih ke aku uangnya!”
“ kalau nggak mau yaudah!!! Kamu gak akan dapat buku novel Harry Potter yang tebaru!!”
Aku tak bisa mengelak ketika kakak menyebutkan kata-kata novel Harry Potter.
Secepat kilat, aku masuk kamar, ganti baju, lalu lari menuju ruang tamu tempat kakak menunggu.
“ Udah?”
“ Ok!”
“Klo gitu, pamit ke mama sama ayah sana!”
Setelah aku pamit ke ayah sama mama, aku berlari keluar rumah. “ Ayo cepet naik!” kata kakak.
Tanpa membuang-buang waktu, aku langsung membuka pintu mobil, lalu masuk.
Mobilpun berjalan dengan cepat tapi santai.
Di tengah perjalanan, tiba-tiba hp kakak berbunyi. Aku memandangnya. Dan dia lalu mengangkat hpnya sambil menyetir. Entah dia ngobrol ama siapa, yang penting, dia sudah ku ingatkan agar berhati-hati.
“ Udahlah, tenang aja!” jawabnya dengan nada santai.
Tetapi, yang ku hawatirkan terjadi....
Mobil kami tertabrak oleh mobil truk pengangkut kertas. Peristiwa yang mengerikan. Amat sangat mengerikan.
Darah mengucur dimana-mana. Kakakku terluka parah, dan tanganku di penuhi oleh pecahan-pecahan kaca mobil. Suara hiruk-pikuk orang-orang terdengar ramai. Aku tak kuat menahan sakit ini, hingga akhirnya aku tak sadarkan diri.
Aku tak tau apa yang terjadi, hingga pada akhirnya aku sadar. Aku menatap ke atas. Terlihat olehku suasana serba putih. Pertama, aku mengira bahwa sudah ada di akhirat. Tak lama kemudian, ada seorang suster perawat yang sangat cantik. “ Apakah anda bidadari??” tanyaku spontan.
Suster itu tersenyum lalu berkata “ Adik, sedang ada di rumah sakit” katanya ramah.
“ Di rumah sakit?” tanyaku kaget.
Suster itu mengangguk, lalu memeriksa infusku, dan keluar. Tak selang lama, mama datang dan memelukku.
“ Kau pingsan selama 2 hari” kata mama sambil berekspresi senang.
Saat aku melihat mama, bayanganku melayang ke kakakku.
“ Dimana kakak? Apa dia baik-baik saja? Dan, bagaimana buku Harry Potternya?” tanyaku dan langsung bangun dari tempat tidur.
Mama terlihat tersenyum. “ Tenanglah, kakakmu baik-baik saja. Dia sudah sadar sebelum kamu. Dan besok dia sudah di perbolehkan pulang. Dan masalah buku Harry Potter, dia janji akan membelikanya untukmu” kata mama dengan senyum misterius. “Sudah ya, nanti mama kesini lagi” kata mama, lalu keluar ruangan.
Aku termenung. Bagaimana kakak bisa sadar lebih cepat dariku?. Diakan lukanya lebih parah dariku. Dan, masak besok dia sudah boleh pulang?” tanyaku dalam hati.
4 hari aku berada di rumah sakit, tanpa pernah di jenguk oleh kakak cerewetku. Aku sudah bilang ke mama kalau ingin bertemu kakak. Tapi, mama bilang kalau kakak sudah berangkat lagi ke jakarta, untuk kembali kuliah. Menurutku, dia amat menjengkelkan. Dia pergi tanpa pamit sedikitpun padaku.
Tapi, mama bilang dia sedang buru-buru karena ada urusan penting di kampusnya. Dan alasan itu sedikit bisa ku terima.
Akhirnya, setelah lebih dari satu minggu, aku diperbolehkan pulang juga. Sampai di rumah, aku langsung masuk kamar. Dan merenung memkirkan sifat kakak. Tapi, tiba-tiba..
Suara hp ku berbunyi, tanda ada sms. Aku membukanya, ternyata sms dari kakak. Aku buka, dan ku baca smsnya. “ Akbi,katakan pada ayah dan mama, kakak baik-baik saja. Maaf kakak belum sempat pamit padamu saat kakak pergi. Mungkin kakak akan pergi lama. Tapi tenanglah, kapan-kapan aku pasti akan berkunjung kerumah” sms itu akhirnya ku balas “jangan lupa novel Harry Potternya ya”.
Sudah lebih dari satu bulan, aku menunggu kepulangan kakak. Tapi, yang ku dapat hanya sia-sia belaka.
Lama-lama, aku menjadi rindu padanya. Teringat olehku, betapa hebohnya kami bertengkar setiap pagi. Suara seiosa melengking, yang sudah lama tak kudengar, menjadikan telingaku gatal.
Hingga pada suatu hari,
Sore ini aku menunggu kedatangan kakak di balkon atas rumah. Aku menunggunya. Bertumpuk-tumpuk buku novel, komik dan majalah-majalah terlihat di atas meja yang berada di depanku. Berantakan tak beraturan.
Mama dan ayah melihatku dari jauh dengan cemas. Dan akhirnya  ayah mendatangiku.
“ apa kau rindu pada kakakmu?”
“ amat sangat rindu. Memangnya ayah tidak rindu?”
“ ayah sangat rindu” jawab ayah dengan nada menyesal.
Aku memandangnya aneh. Saat aku menoleh, mama terlihat menangis. Aku semakin heran.
“ ada apa ini ayah?. Apakah ada yang salah dengan kata-kataku?” tanyaku dengan heran.
“ tidak ada. Tapi, mungkin sudah saatnya kamu mengetahui sesuatu” kata ayah. “ ayo ikut ayah. Ayah akan mempertemukan kamu dengan kakakmu” kata ayah, lalu berjalan menuju ruang bawah, keluar lalu mengeluarkan mobil. Aku dan mama mengikuti dari belakang.
Setelah kami bertiga duduk di dalam mobil, mobilpun melaju.
Mobil yang kami tumpangipun berhenti pada suatu tempat. Tempat itu adalah pemakaman kota.terlihat indah dan asri. “ kenapa kita ke sini?” tanyaku heran. Mama terisak menangis. Ayah menggandeng tanganku menuju sebuah makam. Makam itu terlihat indah, cantik dan terawat. Ada beberapa karangan bunga di atasnya, cantik dan wangi.
“ kenapa kita ke sini? Katanya mau ke kakak?” tanyaku.
“ kita sudah menemui kakakmu” kata ayah.
“ di mana dia? Aku sudah tak sabar untuk memeluknya”kataku girang, sambil menoleh ke sana kemari mencari kakak.
“ dia sudah tenang dan tak akan mungkin kembali. Dia sudah di panggil. Dan sekarang sudah tidur di sana untuk selamanya” kata ayah, dengan nada sedih, sambil berdiri di sampingku, dan mengelus rambutku. Aku langsung menangis. Dan langsung menjatuhkan kakiku ke samping makam kakak.
Aku terkejut,karena ayah bercerita bahwa, kemarin kakak tewas di tempat kejadian kecelakaan. Hatiku tersayat, laksana sebuah pisau menyayat ketimun.
Aku menangis sejadi-jadinya di pemakaman itu. Dan akhirnya aku berpikir bahwa, walaupun aku menangis sekeras apapun, kakak tak mungkin akan bisa kembali.

********
Sudah satu minggu setelah kepergian kakak, aku selalu merenung. Dan hampir sering aku berkali-kali pergi ke makam kakak. Untuk curhat padanya, dan terkadang aku juga mengiriminya karangan bunga indah berwarna biru, warna kesukaanya.
Seperti pada sore ini, aku pergi ke makamnya, sambil membawa karangan bunga, dan selembar kartu namaku.
Di samping makam kakak, aku duduk di atas rumput hijau yang menghiasi pemakaman. Dan aku mulai berbicara pada kakak. Aku memegang rumput yang tumbuh rapi di atas makam kakak.
“ kak, hari ini,aku membawakan karangan bunga kesukaan kakak. Aku ingin mengatakan bahwa, aku sangat rindu padamu. Kapan kau pulang? Bukankah kau sudah sms aku bahwa kapan-kapan akan berkunjung?. Aku rindu padamu. Sekarang, aku tak punya teman bertengkar di rumah. Suaramu yang melengking itu sudah tak pernah ku dengar. Aku merindukanya.apakan janjimu untuk membelikanku buku novel harry potter itu akan kau penuhi?. Kalaupun tidak, juga tidak apa-apa, aku sekarang tak menginginkanya lagi. Aku hanya ingin kakak selalu ada untukku. Kalau takada kakak, siapa yang akan menemaniku bertengkar?. Dan aku membawa kartu namaku. Bila kakak rindu padaku, kakak tinggal sms aku, karena aku baru saja ganti nomor. Jangan lupa sms aku ya “ kataku, sambil tersenyum.
Sebelum pulang, aku meletakkan kartu namaku di atas makam kakak.
Lalu, berjalan perlahan menuju keluar makam. Dalam hati,aku berkata “ kak, maafkan aku yang sering membuatmu kesal. Kak, aku sayang padamu” kataku dalam hati, sambil berjalan keluar pemakaman.
Sejak saat itu, aku sering mendapat sms dari seorang yang tak bernomor. Aku yakin itu kakak.
Dan aku yakin, kakak selalu ada untukku. Terkadang, aku mendengar seseorang berbicara padaku. Itulah kakakku. Yang selalu ku sayangi, dan menyayangiku. Dialah kakak tercerewetku yang pernah ku kenal, sampai akhir hayatnya.

Selesai

**Notes
First Publish @majalah Kamus ed-18, 2011
Second Publish @Radar Mojokerto, 11 Maret 2012
Kalian bisa tinggalkan komen mengenai cerita diatas kunjungi dan follow juga halaman instagram milik penulis disini : mifthaakbie
*Isi sepenuhnya adalah milik dari liwato sesuai izin dari penulis
*Mohon untuk mencantumkan sumber penulis dari blog ini jika mempublikasikan ulang!
*respect for respected

Posting Komentar

0Komentar
Posting Komentar (0)

#buttons=(Accept !) #days=(20)

Our website uses cookies to enhance your experience. Learn More
Accept !
To Top