Kakakku Tersayang, Maafkan Aku
Terdengar suara lagu
justin yang mengalun lewat headphone yang ku pakai. Tapi, ketenangan itu tak
berlangsung lama, karena teriakan kakakku “Akbi! Kamu apakan data kakak di
komputer?” teriakkanya mengalahkan suara lagu di headphone ku.
Karena aku tak mau
terikan itu lebih keras lagi, akhirnya aku putuskan untuk mematikan hp dan pegi
keluar kamar. “ kenapa?” kataku singkat. “ Dimana file ku?, kok nggak ada?, kamu apakan? Kamu hapus ya?!” tanya kakak yang tak henti-hentinya mengomel.
Akupun datang
menghampirinya.
“ sini ku cariin!”
jawabku, dan langsung mengambil alih mouse. Dengan beberapa kali membuka
file-file, aku menemukan dokumen kakak.
“ nih, gitu aja
ngomel nggak karuan” jawabku santai.
“ oalah..ternyata di
situ, he..he..he…maaf ya!” jawab kakak sambil tersenyum.
“ mangkanya cari
dulu” jawabku. Terlihat, dia jadi salah tingkah.
Ya, itulah kakakku.
Selalu ngomel, ngomel dan ngomel terus
setiap hari. Tapi, aku tetap menyayanginya, karena dia adalah kakak terbaik
yang pernah ku miliki. Aku tak pernah membayangkan kejadian yang paling
menyedihkan yang sebelumnya tak pernah ku alami menimpaku.sebuah kejadian yang
amat mengerikan. Dan kejadian itu yang membuatku sadar akan pentingnya seorang kakak dalam hidupku.
Kejadian itu berawal
ketika……………
*******************
Hari itu, aku dan
kakak sedang bertengkar karena aku di tuduhnya telah mematakan bros
kesayangannya. Aku sudah meminta maaf tapi dia bersikeras menyuruhku untuk
menggantinya.
Aku tak mau ambil
pusing dengan masalah itu. Akhirnya, bagaikan aku tak mempunyai telinga, aku
meninggalkanya tanpa berkomentar apapun.
Tanpa ekspresi,
aku berjalan menuju tangga, lalu pergi ke atas, ke kamarku.
“ Akbi!!! Kau tak
punya telinga apa?!! ” teriaknya dari bawah. Aku tak memperdulikanya.
Jam berubah
dengan cepat. Dan hari semakin siang. Suara seriosa kakakku terdengar lagi.
Suaranya melengking bagaikan suara pipa air yang di bengkokkan dengan paksa.
Tapi, teriakanya
berbeda dengan bisanya. Sekarang suaranya terdengar lembut, tetapi keras
sangat.
“ Akbi!!
Turunlah!! Cepat, gpl!” suaranya melengking.
Tak mau ambil
resiko untuk di omelin, aku membuka pintu kamar dan melongokkan kepala ke bawah
ruangan.
“ Ada apa? ”
“ Temani kakak
dong pergi shoping!”
“ Heh? Shoping?
Buang-buang uang aja!. Mendingan kasih ke aku uangnya!”
“ kalau nggak mau
yaudah!!! Kamu gak akan dapat buku novel Harry Potter yang tebaru!!”
Aku tak bisa
mengelak ketika kakak menyebutkan kata-kata novel Harry Potter.
Secepat kilat,
aku masuk kamar, ganti baju, lalu lari menuju ruang tamu tempat kakak menunggu.
“ Udah?”
“ Ok!”
“Klo gitu, pamit
ke mama sama ayah sana!”
Setelah aku pamit
ke ayah sama mama, aku berlari keluar rumah. “ Ayo cepet naik!” kata kakak.
Tanpa
membuang-buang waktu, aku langsung membuka pintu mobil, lalu masuk.
Mobilpun berjalan
dengan cepat tapi santai.
Di tengah
perjalanan, tiba-tiba hp kakak berbunyi. Aku memandangnya. Dan dia lalu
mengangkat hpnya sambil menyetir. Entah dia ngobrol ama siapa, yang penting,
dia sudah ku ingatkan agar berhati-hati.
“ Udahlah, tenang
aja!” jawabnya dengan nada santai.
Tetapi, yang ku
hawatirkan terjadi....
Mobil kami
tertabrak oleh mobil truk pengangkut kertas. Peristiwa yang mengerikan. Amat
sangat mengerikan.
Darah mengucur
dimana-mana. Kakakku terluka parah, dan tanganku di penuhi oleh pecahan-pecahan
kaca mobil. Suara hiruk-pikuk orang-orang terdengar ramai. Aku tak kuat menahan
sakit ini, hingga akhirnya aku tak sadarkan diri.
Aku tak tau apa
yang terjadi, hingga pada akhirnya aku sadar. Aku menatap ke atas. Terlihat
olehku suasana serba putih. Pertama, aku mengira bahwa sudah ada di akhirat.
Tak lama kemudian, ada seorang suster perawat yang sangat cantik. “ Apakah anda
bidadari??” tanyaku spontan.
Suster itu
tersenyum lalu berkata “ Adik, sedang ada di rumah sakit” katanya ramah.
“ Di rumah
sakit?” tanyaku kaget.
Suster itu
mengangguk, lalu memeriksa infusku, dan keluar. Tak selang lama, mama datang
dan memelukku.
“ Kau pingsan
selama 2 hari” kata mama sambil berekspresi senang.
Saat aku melihat
mama, bayanganku melayang ke kakakku.
“ Dimana kakak?
Apa dia baik-baik saja? Dan, bagaimana buku Harry Potternya?” tanyaku dan
langsung bangun dari tempat tidur.
Mama terlihat
tersenyum. “ Tenanglah, kakakmu baik-baik saja. Dia sudah sadar sebelum kamu.
Dan besok dia sudah di perbolehkan pulang. Dan masalah buku Harry Potter, dia
janji akan membelikanya untukmu” kata mama dengan senyum misterius. “Sudah ya,
nanti mama kesini lagi” kata mama, lalu keluar ruangan.
Aku termenung.
Bagaimana kakak bisa sadar lebih cepat dariku?. Diakan lukanya lebih parah
dariku. Dan, masak besok dia sudah boleh pulang?” tanyaku dalam hati.
4 hari aku berada
di rumah sakit, tanpa pernah di jenguk oleh kakak cerewetku. Aku sudah bilang
ke mama kalau ingin bertemu kakak. Tapi, mama bilang kalau kakak sudah
berangkat lagi ke jakarta, untuk kembali kuliah. Menurutku, dia amat
menjengkelkan. Dia pergi tanpa pamit sedikitpun padaku.
Tapi, mama bilang
dia sedang buru-buru karena ada urusan penting di kampusnya. Dan alasan itu
sedikit bisa ku terima.
Akhirnya, setelah
lebih dari satu minggu, aku diperbolehkan pulang juga. Sampai di rumah, aku
langsung masuk kamar. Dan merenung memkirkan sifat kakak. Tapi, tiba-tiba..
Suara hp ku
berbunyi, tanda ada sms. Aku membukanya, ternyata sms dari kakak. Aku buka, dan
ku baca smsnya. “ Akbi,katakan pada ayah dan mama, kakak baik-baik saja. Maaf
kakak belum sempat pamit padamu saat kakak pergi. Mungkin kakak akan pergi
lama. Tapi tenanglah, kapan-kapan aku pasti akan berkunjung kerumah” sms itu
akhirnya ku balas “jangan lupa novel Harry Potternya ya”.
Sudah lebih dari
satu bulan, aku menunggu kepulangan kakak. Tapi, yang ku dapat hanya sia-sia
belaka.
Lama-lama, aku
menjadi rindu padanya. Teringat olehku, betapa hebohnya kami bertengkar setiap
pagi. Suara seiosa melengking, yang sudah lama tak kudengar, menjadikan
telingaku gatal.
Hingga pada suatu
hari,
Sore ini aku
menunggu kedatangan kakak di balkon atas rumah. Aku menunggunya.
Bertumpuk-tumpuk buku novel, komik dan majalah-majalah terlihat di atas meja
yang berada di depanku. Berantakan tak beraturan.
Mama dan ayah
melihatku dari jauh dengan cemas. Dan akhirnya
ayah mendatangiku.
“ apa kau rindu
pada kakakmu?”
“ amat sangat
rindu. Memangnya ayah tidak rindu?”
“ ayah sangat
rindu” jawab ayah dengan nada menyesal.
Aku memandangnya
aneh. Saat aku menoleh, mama terlihat menangis. Aku semakin heran.
“ ada apa ini
ayah?. Apakah ada yang salah dengan kata-kataku?” tanyaku dengan heran.
“ tidak ada.
Tapi, mungkin sudah saatnya kamu mengetahui sesuatu” kata ayah. “ ayo ikut
ayah. Ayah akan mempertemukan kamu dengan kakakmu” kata ayah, lalu berjalan
menuju ruang bawah, keluar lalu mengeluarkan mobil. Aku dan mama mengikuti dari
belakang.
Setelah kami
bertiga duduk di dalam mobil, mobilpun melaju.
Mobil yang kami
tumpangipun berhenti pada suatu tempat. Tempat itu adalah pemakaman
kota.terlihat indah dan asri. “ kenapa kita ke sini?” tanyaku heran. Mama
terisak menangis. Ayah menggandeng tanganku menuju sebuah makam. Makam itu
terlihat indah, cantik dan terawat. Ada beberapa karangan bunga di atasnya,
cantik dan wangi.
“ kenapa kita ke
sini? Katanya mau ke kakak?” tanyaku.
“ kita sudah
menemui kakakmu” kata ayah.
“ di mana dia?
Aku sudah tak sabar untuk memeluknya”kataku girang, sambil menoleh ke sana
kemari mencari kakak.
“ dia sudah
tenang dan tak akan mungkin kembali. Dia sudah di panggil. Dan sekarang sudah
tidur di sana untuk selamanya” kata ayah, dengan nada sedih, sambil berdiri di
sampingku, dan mengelus rambutku. Aku langsung menangis. Dan langsung
menjatuhkan kakiku ke samping makam kakak.
Aku
terkejut,karena ayah bercerita bahwa, kemarin kakak tewas di tempat kejadian
kecelakaan. Hatiku tersayat, laksana sebuah pisau menyayat ketimun.
Aku menangis
sejadi-jadinya di pemakaman itu. Dan akhirnya aku berpikir bahwa, walaupun aku
menangis sekeras apapun, kakak tak mungkin akan bisa kembali.
********
Sudah satu minggu
setelah kepergian kakak, aku selalu merenung. Dan hampir sering aku
berkali-kali pergi ke makam kakak. Untuk curhat padanya, dan terkadang aku juga
mengiriminya karangan bunga indah berwarna biru, warna kesukaanya.
Seperti pada sore
ini, aku pergi ke makamnya, sambil membawa karangan bunga, dan selembar kartu
namaku.
Di samping makam
kakak, aku duduk di atas rumput hijau yang menghiasi pemakaman. Dan aku mulai
berbicara pada kakak. Aku memegang rumput yang tumbuh rapi di atas makam kakak.
“ kak, hari
ini,aku membawakan karangan bunga kesukaan kakak. Aku ingin mengatakan bahwa,
aku sangat rindu padamu. Kapan kau pulang? Bukankah kau sudah sms aku bahwa
kapan-kapan akan berkunjung?. Aku rindu padamu. Sekarang, aku tak punya teman
bertengkar di rumah. Suaramu yang melengking itu sudah tak pernah ku dengar.
Aku merindukanya.apakan janjimu untuk membelikanku buku novel harry potter itu
akan kau penuhi?. Kalaupun tidak, juga tidak apa-apa, aku sekarang tak
menginginkanya lagi. Aku hanya ingin kakak selalu ada untukku. Kalau takada
kakak, siapa yang akan menemaniku bertengkar?. Dan aku membawa kartu namaku.
Bila kakak rindu padaku, kakak tinggal sms aku, karena aku baru saja ganti
nomor. Jangan lupa sms aku ya “ kataku, sambil tersenyum.
Sebelum pulang,
aku meletakkan kartu namaku di atas makam kakak.
Lalu, berjalan
perlahan menuju keluar makam. Dalam hati,aku berkata “ kak, maafkan aku yang
sering membuatmu kesal. Kak, aku sayang padamu” kataku dalam hati, sambil
berjalan keluar pemakaman.
Sejak saat itu,
aku sering mendapat sms dari seorang yang tak bernomor. Aku yakin itu kakak.
Dan aku yakin,
kakak selalu ada untukku. Terkadang, aku mendengar seseorang berbicara padaku.
Itulah kakakku. Yang selalu ku sayangi, dan menyayangiku. Dialah kakak
tercerewetku yang pernah ku kenal, sampai akhir hayatnya.
Selesai
**Notes
First Publish @majalah Kamus ed-18, 2011
Second Publish @Radar Mojokerto, 11 Maret 2012
Kalian bisa tinggalkan komen mengenai cerita diatas kunjungi dan follow juga halaman instagram milik penulis disini : mifthaakbie
*Isi sepenuhnya adalah milik dari liwato sesuai izin dari penulis
*Mohon untuk mencantumkan sumber penulis dari blog ini jika mempublikasikan ulang!
*respect for respected