Ada seorang sahabat yang sedang menebang kayu dengan kapak. Saat ia memukul kayu, ia mendengar kalimat "Allahuakbar" dan melepaskan kapaknya.
Pelajaran dari cerita ini adalah kita harus belajar melepaskan apa pun yang kita pegang begitu kita mendengar "Allahuakbar". Jika tidak, tindakan kita bisa menyiratkan kepada Allah bahwa sesuatu yang kita pegang, misalnya korek api atau film, lebih besar daripada Allah.
Sahabat itu menyadari bahwa pada saat mendengar "Allahuakbar," tidak ada yang lebih besar dari Allah. Jadi, pertanyaannya adalah siapa yang lebih penting daripada Allah? Jika kita ingin tahu posisi kita di mata Allah, kita perlu bertanya pada diri sendiri, apakah Allah menjadi prioritas utama atau hanya saat kita punya waktu?.
--
Proses untuk mencapai khushu (ketundukan) adalah ketika kita mengucapkan "Allahuakbar," kita harus benar-benar menyadarinya. Ketika kita mendengar adzan, perhatikan bahwa satu-satunya kalimat yang diulang empat kali adalah "Allahuakbar," yang berarti Allah lebih besar daripada segala sesuatu.
--
Jadi, ketika kita mengucapkan "Allahuakbar," kita harus benar-benar memahami dan merasakannya. Sama seperti meninggalkan sepatu di luar masjid, kita juga harus meninggalkan urusan duniawi kita saat kita beribadah, karena dunia ini secara harfiah berarti tingkat yang lebih rendah.
Jika kita tidak mendengar "Allahuakbar" dan "Saya bersaksi bahwa tidak ada tuhan yang disembah kecuali Allah," kita akan mendengar "Saya bersaksi bahwa Muhammad adalah Rasulullah." Penting untuk memahami bahwa jika kita menyatakan Muhammad sebagai Rasul kita, kita juga harus mengikuti Sunnah-Nya.
Pengumum adzan mengingatkan kita untuk "Marilah Shalat" dan "Marilah ke Keberhasilan" di dunia dan akhirat. Jadi, ketika kita mendengar "Allahuakbar," kita harus memahami dan merasakannya sepenuh hati.