Berdasarkan novel anak-anak Inggris yang berjudul sama karya A.F. Harrold, The Imaginary menyajikan animasi 2D yang luar biasa, seiring dengan ekspektasi dari tim dengan warisan Studio Ponoc. Ini adalah contoh yang kuat dari film anime yang menyasar anak-anak.
Meskipun memiliki unsur khayalan, film ini memiliki nuansa yang cukup gelap dan terkadang menakutkan. Seperti kisah The Neverending Story atau Return to Oz, di sini, unsur aneh dan menakutkan hidup berdampingan dengan harmonis.
Sinopsis
Dalam dunia di mana imajinasi memiliki kehidupan sendiri dan menjadi makanan bagi orang lain, Rudger, seorang anak laki-laki Imajiner, menemukan dirinya tak dapat terlihat oleh siapapun kecuali penciptanya, seorang gadis muda bernama Amanda. Setelah kehilangan ayahnya, Amanda yang masih kecil, mengisi hari-harinya dengan bermain bersama Rudger, seorang sahabat khayalan yang hanya bisa terlihat dan terdengar olehnya.
Terikat untuk selalu ada di loteng rumah Amanda, keberadaan mereka bersama membatasi eksplorasi imajinatif mereka. Namun, seperti takdir para Imajiner lainnya, ancaman kehancuran oleh kelupaan manusia terus mengintai. Dalam kebingungan akan takdirnya, Rudger memeluk secercah harapan dan memulai petualangan yang menarik setelah kedatangan Mr. Bunting, seorang pemburu Imajiner, di pintu rumah Amanda. Ketika mereka terpisah, Rudger mendapati dirinya terpencil dan terpisah dari Amanda. Ia dihadapkan pada kenyataan memilukan di dunia tanpa kehadiran sahabat yang telah menciptakannya.
Dipaksa untuk menjalani kehidupan tanpa kehadiran Amanda, Rudger merintis perjalanan melalui dunia yang penuh tantangan, mencari cara untuk bertahan hidup dan menemukan makna dalam kehidupannya yang berubah drastis.
Baca Juga : Barakamon - Anime Manis Pencarian Jati Diri
Perjalanan Rudger membawanya ke sebuah daerah khusus yang dikenal sebagai "Kota Imajiner", suatu tempat yang berfungsi sebagai perlindungan bagi para Imajiner yang terlupakan. Pertemuan ini menjadi titik awal perjalanan monumental yang mengarah pada ikatan keluarga dan hubungan berharga, membentuk lintasan masa depan yang tidak terduga. Dalam menghadapi ancaman kehancuran dan membangun hubungan yang kokoh, Rudger dan Amanda berusaha mencari makna di balik eksistensi mereka yang unik di dunia yang penuh dengan imajinasi dan tak terjangkau oleh ingatan manusia.
--
Review
Saya bukan kritikus ahli, tapi saya senang menganalisa film dengan mengurai isi bukan hanya pada tingkat plotnya, melainkan juga pada tingkat lain. Awalnya, The Imaginary memang tampak seperti bercerita tentang Amanda, seorang gadis yang menghadapi kesedihan karena kehilangan ayahnya, bersama dengan seluruh perubahan yang disebabkannya sambil menciptakan seorang teman khayalan bernama Rudger. Akan tetapi, ujung-ujungnya jelas bahwa film tersebut sebenarnya tidak berfokus pada Amanda atau pengalaman pribadinya. Melainkan sebaliknya, karena inti ceritanya ternyata berkisar pada Rudger dan keberadaannya disana sebagai teman khayalan.
Sayangnya, cerita Rudger terasa cukup biasa saja. Hanya sedikit eksplorasi terhadap tema khasnya. Dalam aksi kejar-kejaran tanpa henti oleh Tuan Bunting, Rudger berjuang sekuat tenaga untuk bertahan hidup, menemukan teman baru, dan menjalani berbagai petualangan dalam upayanya untuk kembali bersatu dengan Amanda.
Baca Juga : Apotechary diaries Kisah Apoteker Jenius Kerajaan
Makna Lain
Dalam film ini, setiap teman khayalan dilahirkan dengan tujuan tertentu dan terlupakan saat tak lagi dibutuhkan. Namun, mereka masih dapat tinggal di tempat lain yang cukup untuk mengembangkan imajinasi banyak orang seperti perpustakaan.
Dari sana, mereka dapat memasuki dunia dalam khayalan anak-anak sebagai karakter tambahan yang terkadang bahkan lahir kembali sebagai teman khayalan baru lain jika anak tersebut semakin dekat dengan mereka.
--
Sajian Indah
Dalam perpaduan antara realitas, dunia buku cerita, dan imajinasi dalam pikiran anak-anak, film ini penuh dan overdosis dengan kekayaan imajinatif yang luar biasa. Di sisi lain mereka juga menyajikan animasi yang sejalan. Latar belakang dunia nyata berbahasa Inggris ditampilkan dengan detail yang mengesankan pula, sementara momen imajinatif selalu dihadirkan dengan keindahan dan keanehan.
Gaya visualnya amat sangat mirip dengan film-film Ghibli. Sebuah kebetulan yang atau mungkin kesengajaan? mengingat Studio Ponoc, yang memproduksi film ini, terdiri dari banyak mantan karyawan Ghibli bahkan sampai dengan sutradaranya, Yoshiyuki Momose. Mereka secara mengejutkan ternyata memiliki kontribusi besar di bagian animator pada karya-karya klasik lain seperti Porco Rosso, Spirited Away, dan Tales from Earthsea. (mungkin saya bisa membuat reviewnya kapan-kapan)
Dari segi OST, background music, dan semua elemen audio, film ini cocok sekali. Dapat membuat penonton mendapat ketegangan yang sesuai dan memperkuat nuansa emosional di setiap adegan. Lagu tema closing, "Nothing's Impossible" oleh A Great Big World yang menampilkan Rachel Platten, menjadi sentuhan musikal yang indah didengar.
Baca Juga : Isekai Nonbiri Nouka - Jadi Pak Lurah di Isekai
--
Kesimpulan
The Imaginary adalah jenis film yang mampu cukup bisa menghibur. Penuh petualangan dan ketegangan, tanpa terkesan terlalu serius untuk semua kalangan penonton. Dengan visual yang memukau, film ini berhasil menangkap imajinasi anak-anak dengan cemerlang.
Rating 9/10 Lumayan untuk refresing lihat yang indah-indah.
Petualangannya dan temanya tampak dikerjakan dengan kurang ambisius. Sebatas menjadi tontonan yang menghibur plus menyenangkan, tidak lebih. Untuk tontonan dikala gabut ataupun santai, film ini cocok untuk kalian.
(Kris)